KEKUASAAN

Pandangan manusia Dayak dahuloe.
Wahana masyarakat Dayak tentang kekuasaan, Dayak atau tidak yang berkuasa di bumi Kalimantan bukan jaminan bahwa konsep kekuasaan Dayak bisa diwujudkan.
pandangan Dayak tentang kekuasaan identik dengan hidup mati seperti yang tertuang dalam cerita –cerita sastra lisan ,berbagai bentuk kesenian lainnya serta dalam bentuk organisasi kemasyarakat lainnya.yang notabene di nyatakan dalam bentuk upacara-upacara adat ,mereka yang sebelumnya telah dihancurkan oleh kolonialisme Belanda dan lebih dihancurkan lagi oleh orde baru.
Wacana hidup matinya manusia Dayak itu ,secara padat tertuang dalam ungkapan “regan tingang nyanak jatta” (Anak Enggang,Putra-putri Naga).Karena itu semua Tanah Dayak ,baik yang berada dalam wilayah negara kesatuan RI atau yang berada dalam wilayah Negara Malaysia (dari Serawak sampai Sabah) maupun Yang berada dinegeri sultan Bolkiah Berunai kita mendapat Enggang / Tingang dan Naga sebagai lambang.

Apa makna yang dilambang kan oleh enggang / tingang ?
Tingang melambangkan kekuasaan diatas (penguasa hung ngambu ) sedangkanJatta melambangkan Penguasa di bumi dan kehidupan yang terpadu (penguasa hung ngiwa),yang merupakan suatu kekuasaan dwitunggal.

Manusia sebagai Regan Tinggang Nyanak Jatta dilahirkan untuk melaksanakan keadaan yang terdapat dinegeri atas dan negeri bawah/bumi yang menjadikan kenyataan dkehidupan diatas bumi.
Apa bila dia gagal mewujudkan hal ini ,maka anak manusia itu akan menjadi kambe (hantu) yang tidak mempunyai alamat ”pulang”.Lalu kembali pulang kedunia sebagai roh-roh yang gentayangan /jahat.
Dengan kata lain : sebagai regan tinggang nyanak jatta manusia Dayak berpungsi untuk memanusiakan dirinya sendiri ,kehidupan dan masyarakat ,menjadikan kehidupan dibumi sebagai tempat MANUSIAWI.
Tekat untuk mewujudkan wacana ini terlambangkan misalnya pada kebiasaan manakir petak (menumit Bumi ) ,malahap (pekikan Pertarungan) ,ikat kepalaMerah (lawong bahandang),ungkapan isen mulang (tak pulang kalau tak menang) sebutan diri sebagai turunan utus panarung (keturunan orang-orang yang gagah berani)

Wacana inilah yang merupakan nyawa budaya rumah betang Betang ) dimana terdapat peran harmoni antara peran individu dan kebersamaan yang di ungkapkan dalam vilar-vilar RUMAH BETANG yang menganut asas :

a. KEJUJURAN :jujur dalam bersikap dan bergaul/menjunjung tinggi akan keadilan dan bersikap tegas dalam permasalahan.
b. KESETARAAN :setara dalam struktur masyarakat/persamaan status baik itu laki-laki maupun perempuan (harga diri dari seorang perempuan dalam nilai perkawinan/jujuran atau mahar)
c. KEBERSAMAAN dalam arti nilai-nilai demokrasi,di cermin dalam pengambilan keputusan,dalam merencanakan pekerjaan yang akan dilakukan dalam tatanan masyarakat.
d. ABDI HUKUM : yakni Hukum Positip / pemerintah, Hukum Adat, Hukum Alam

Kemudian dituangkan dalam bentuk organisasi kemasyarakatan seperti adanya kepala kampung,pangirak dan damang yang mengendalikan dan melaksanakan kekuasaan dalam struktur masyarakat kehidupan nyata manusia Dayak tersebut.
Bentuk organisasi kemasyarkatan yang sederhana tapi bermutu.Organisasi kemasyarakatan inilah yang dijadikan sarana konkret guna mewujudkan wacana ”REGAN TINGGANG NYANAK JATTA ”diatas yang sekarang perlu di terapkan dalam kehidupan berdemokrasi di bumi Kalimantan tercinta ini.

Organisasi masyarakat ini kemudian oleh Orba di Golkarkan – Pambakal /kapala Kampung di ganti dengan lurah Pangirak di tiadakan Damang di SK kan oleh Camat sebagai simbol yang tidak jelas.
Untuk eksis Kaharingan di jadikan embel-embel Agama Hindu,Budaya dan nilai Dayak di hancurkan secara Sistematik.. Lebih sistematik dari yang dilakukan kolonialisme Belanda dengan politik ” ragi Usang”nya.
Barang kali disinilah dasar nilai budaya mengapa masyarakat /Manusia Dayak kita lemah sampai dengan sekarang .Eksistensinya terhadap diri dan pribadinya pada suku dan budayanya seakan jadi virus yang sangat berbahaya .contoh : orang kampung /yang notabene orang pedalaman yang sekarang tinggal di Palangkaraya sangat tidak menghargai Bahasa Sukunya /lupa akan asal usulnya ”baru di Palangka udah pake bahasa Jakarta ”

Walaupun yang mendapat gelar sarjana dalamberbagai bidang ilmu tidak sedikit / manusia-manusi a Dayak yang Beradap/ modern dari gubernur sampai aktor intelektual dalam dunia pendidikan,wacana budaya dan adat implementasinya hanya sebatas ”Bunga” yang kapan berbuah menjadi nyata dalam tantanan hidup Dayak yang seutuhnya seperti pengakuan kedaulatan terhadap nilai-nilai budaya (Maneser Panatau tatu hiyang) karya Cilik Riwut.
Tapi sejak jaman Orde Baru kekuasaan yang berada di tangan Manusia Dayak sampai sekarang tidak membawa perubahan bagi daerah dan kehidupan manusia Dayak itu sendiri.
Kekuasaan nampaknya tidak dipahami sebagai sarana untuk memanusia kan manusia ,kehidupan dan masyarakat, tidakdi arahkan untuk menciptakan daerah sebagai tempat hidup manusiawi anak manusia.Tapi lebih menjurus pada kesempatan memperkayakan diri
yang umumnya dikenal dengan KKN.

Konsep ”regan tingang nyanak Jata’ tidak diindahkan ,bahkan telah dilupakan dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam yang lestari. Dari kenyataan itu agaknya Dayak atau tidak yang berkuasa bukanlah jaminan bahwa konsep kekuasaan Dayak bisa di wujudkan .Selain karena wacana itu sekarang tidak di mengerti lagi ,bahkan pada kenyataannya sudah dilupakan.

Bagaimana bisa terdapat suatu komitmen kuat menyetia wacana tersebut ,jika dipahamipun ia tidak dan lebih jauh ia dilupakan,mungkin dipandang sebagai wacana ”RAGI USANG ” serta kadaluarsa.

Palangka Raya,February,2009

By.Thomas Wanly

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

1 Response to "KEKUASAAN"

  1. stamp says:
    14 Januari 2010 pukul 07.09

    maaf ada yang ingin saya tanyakan yaitu
    Manakir petak d lakukan ktika acara ap? Berasal dari daerah mana? Dgn tujuan apa biasax dilakukan hal itu? Apakah smw org dayak melakukanx?? Adakah nilai ritualx??

    Malahap itu berarti pekikan pertarungan,,dari mana arti ini? &

    Apa makna lawung bahandang??

Posting Komentar