RISAU DI SUNGAI RASAU

RISAU DI SUNGAI RASAU
PENDAHULUAN
Konflik berkepanjangan sering terjadi di mana setiap adanya ijin usaha perkebunan kelapa sawit di terbit kan permasalahan social timbul terjadi antara pemilik perkebunan dengan masyarakat sekitar, karena penggusuran lahan warga yang sewenang-wenang tanpa ganti rugi yang layak,perusahaan sering mengabaikan kewajibannya terhadap warga lokasi ,warga tidak diikut sertakan sebagai pekerja alasan SDM yang tidak berkualitas (orang local pemalas) dan
, hilangnya tempat berusaha (mata Pencaharian) klaim lahan dan seringnya intimidasi dari aparat terhadap warga yang tidak mau melepaskan lahannya.

Lahan Galam Semakin Menyempit ,Piring Nasi terancam di rampas.
Keluhan atau permasalahan ini di rasakan oleh warga Desa Sungai Rasau Kecamatan Cerbon Kabupaten Baritu Kuala ( Batola) Kalimantan Selatan ,di mana Lahan Hutan Galam yang mnjadi sumber kehidupan masyarakat di rambah untuk menjadi perkebunan kelapa sawit oleh pemerintah daerah Kabupaten Batola. Lahan Galam yang dulunya seluas 9 Kilometer persegi sekarang bersisa sekitar 6 kilometer persegi yang di jadikan perkebunan kelapa sawit PT.PUTRA BANGUN BANUA (PBB) dan yang sisanya itupun tidak lepas dari provokasi perusahaan dengan dalih Hak Guna Usaha.
Sebelum Perkebunan Kelapa sawit memasuki wilayah mereka ,penuturan warga yang mata pencaharian dari nelayan dan mencari galam penghasilan bisa mencapai Rp.100.000 ( Seratus Ribu/ hari) dan sekarang mereka terpaksa/dipaksa menjadi buruh perkebunan kelapa sawit yang penghasilannya Rp.30.000 ( Tiga Puluh Ribu / perhari). Dari kawasan lahan Galam yang terancam perambahan ,kolam-kolam ikan (semacam Beje) /danau alam yang banyak ikan Papuyu ,haruan dan ladang PURUN ( bahan utuk membuat tikar) juga terancam di gusur oleh PT.CITRA PUTRA KEBUN ASERI (CPKA) di Desa HAMPELAS kecamatan KURIPAN tidak luput juga dari incaran perkebunan. Soalnya warga menilai pihak perusahaan telah melalaikan kewajiban kepada warga bahkan kolam ikan warga yang di budidaya sejak zaman dahulu pun tidak luput dari lokasi penanaman kelapa sawit.

Menurut SANDRIE ; KEPALA BIDANG REHABILITASI DAN BUDIDAYA DINAS KEHUTANAN KABUPATEN BARITO KUALA jumlah perusahaan yang sudah memiliki izin lokasi sebanyak 4 (empat) perusahaan ,bahkan 16 kecamatan yang ada di Batola sudah di pastikan menjadi perkebunan sawit selain kecamatan ANJIR MUARA DAN ANJIR PASAR.
Empat perusahaan itu antara lain : PT.PUTRA BANGUN BERSAMA,dengan luas mencapai 6.744 hektar meliputi Kecamatan Jajangkit,Rantau Badauh,Cerbon. PT ANGRI BUMI SENTOSA (ABS) dengan luas mencapai 10000 hektar.meliputi kecamatan Tabukan,WanaRaya,Barambai dan Marabahan;PT.CITRA PUTERA KEBUN ASERI (CPKA) dengan luas 7900 hektar meliputi kecamatan Kuripan dan Bakumpai; dan PT.TIGA DAUN dengan luas lahan 9000 hektar meliputi kecamatan Mekarsari,Tamban,dan Tabunganen.
Misalnya PT.ABS di duga melakukan pencaplokan wilayah dalam penanaman kelapa sawit sampai kabupaten Kapuas ,semua terbukti saat Tim TPBD Kapuas kelapangan mendapatkan 6 pilar tapal batas tak sesuai lagi ,seperti pilar 52,56,57,58,48,49 yang berada di Handil Puntik Ujung kecamatan Kapuas Murung ,Handil Banama Desa Palambang Kecamatan Pulau Petak,Handil Puntik dan Handil Pantang Baru,Desa palingkau baru, Pt. ANGRI BUMI SENTOSA membuat saluran parit pembuangan sepanjang 2 kilometer masuk Kabupaten Kapuas Propinsi Kalimantan Tengah.
Menurut Dwitho Frasetiandy, Manager Kampanye Wahana Lingkungan Hidup (Walhi ) Kalimantan Selatan ,terjadinya pencaplokan lahan pertanian maupun perkebunan warga yang di lakukan perkebunan kelapa sawit ,sebagai upaya menyingkirkan warga secara perlahan-lahan ,bahkan pencaplokan bukan hanya di Kalimantan Selatan tetapi di wilayah lain seperti Jambi Riau Sumatra Utara sudah berulang-ulang di mana pihak pemerintah terkesan berpihak kepada perusahaan.
Menjawab persoalan perkebunan kelapa sawit ini ,Bupati Barito Kuala (Batola) H.Hasannudin Murad SH, mengatakan tujuan di ijinkannya beroperasinya perkebunan kelapa sawit demi kesejahteraan warga,misalnya yang dulunya mencari kayu dan menangkap ikan dan sebagai petani bisa beralih sebagai petani kelapa sawit apalagi 20 % lahan perkebunan di peruntukan bagi warga sebagai pola plasma kemitraan.
Tapi kenyataan sekarang bukan yang 20 % dari lahan perkebunan yang sudah di atur oleh pemerintah tapi lahan warga yang di rampas,ujung-ujungnya bukan kesejahteraan yang di dapat warga tapi kesengsaraan.

Palangka Raya,22 Juli 2009
Tulisan ini di sari dan di edit dari media-media local Regional Kalimantan ( Monitoring dan Document Save Our Borneo)
Oleh Thomas Wanly

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

1 Response to "RISAU DI SUNGAI RASAU"

  1. Unknown says:
    30 November 2009 pukul 22.00

    Sehari yang lalu mengunjungi daerah dimana aku menginjakan kakiku di Borneo 7 tahun silam, Barambai. Melihat situasi memang cukup banyak perubahan khususnya di desa barambai kolam kiri, jalan perumahan yang dulu ku tapaki penuh genangan air dan licin kini telah berbalut gravel-koral dan paving, terasa nyaman dan menghilangkan kesan desa tertinggal yang dulu terasa.
    Geliat masyarakat mulai marak dengan aktivitas perkebunan sawit, pasar yang ada setiap hari minggu tampak tidak perbah sepi menggambarkan daya beli yang meningkat.
    Menyoal tentang kegagalan panen saya sempat berbincanag dengan bapak angkat mengenai kegagalan panen tahun lalu, disebabkan drainage saluran ke lahan sekarang semakin dalam dan lancar sehingga air tidak tertahan lama dan mengakibatkan pengairan sawah pasang surut tidak optimal.
    LAncarnya saluran tidak lepas dari proyek plasma sawit, guna penanaman sawit ini saluran dilebarkan dan didalamkan untuk mencegah sawit tenggelam dan akibatnya sawah pasang surut menuai akibatnya.
    Namun, petani disana bukanlah petani yang bodoh justru akibat saluran yang lancar ini lahan yang dudulunya terendam sekarang tidak lagi dan dimanfaatkan untuk perkebunan baik karet, sawit mandiri,jeruk dan tanaman keras lain.
    Tanaman karet tumbuh dengan cepatnya menjajikan getah harapan. Kebun jeruk bermunculan menjanjikan manisnya hasil melimpah.
    Sawit mandiri menyunggingkan senyum harap petatni setiap kali memandang tumbuh sawit yang luar biasa pesat.
    Ayo Barambai.... situasi telah berubah...menyesuaikan diri dan berinovasi...semakin sejahtera semoga.

Posting Komentar