PERDAMAIAN TUMBANG ANOI
PERDAMAIAN TUMBANG ANOI
oleh Zakky Setiawan
Perdamaian Tumbang Anoi dalah musyawarah yang membahas perdamaian antar suku Dayak yang terlibat perang. Diselenggarakan di Desa Tumbang Anoi daerah sungai Kahayan Hulu bagian Utara tanggal 22 Mei s/d 24 Juli (60 hari) pada tahun 1894. Acara tersebut dihadiri 400 suku Dayak yang tersebar diseluruh Kalimantan. Pertemuan besar tersebut diprakarsai oleh tokoh Dayak seperti : Damang Batu, Singa Rotang, Singa Duta, Tamanggung Panji dan kawan-kawan. Kesepakatan tersebut tidak hanya kesepakatan antar suku Dayak tapi juga dengan pihak Belanda. Adapun hasil Pakat Dayak dan Damang membuahkan 7 butir kesepakatan yang isinya kurang lebih : (1) menghentikan pertikaian antara Belanda dengan prajurit Barandar (pasukan Dayak) tanpa tuntutan ganti rugi; (2) pihak Belanda mengakui kedaulatan Kedemangan; (3) menghentikan kegiatan asang-maasang (perang antar suku); (4) menghentikan kegiatan bunu-habunu (saling membunuh akibat dendam); (5) menghentikan kegiatan kayau-mengayau (memotong kepala sebagai simbol keberanian); (6) menghentikan hajual hapili jipen (jual beli budak); dan (7) menyempurnakan warisan turun temurun yang dipanku para Damang.
dalam musyawarah ini hadir para utusan dari 400 kelompok Suku Dayak di seluruh Borneo / Kalimantan di Desa Tumbang Anoi, Kahayan Hulu Utara,Tanah Dayak pada 22 Mei -24 Juli 1894.
Pertikaian yang berlumuran adat kebiasaan lama yang sudah terlanjur membudaya, berurat berakar warisan negatif dalam bentuk asang-maasang (perang suku),bunu-habunu (saling membunuh), kayau-mangayau (saling penggal kepala), dan jipen-hajipen (saling mendenda),
berganti menjadi suasana yang penuh getaran semangat
pembaharuan dan persaudaraan yang pekat akibat Pakat
Tumbang Anoi ini
0 Response to "PERDAMAIAN TUMBANG ANOI"
Posting Komentar