IDENTITAS MASYARAKAT DAYAK

IDENTITAS MASYARAKAT DAYAK
(Masyarakat Adat Di Dunia ;Eksistensi dan perjuangannya)
Sebelum tahun 1990 setidaknya ada 4 sebutan untuk Dayak :yakni Dayak,Dyak,Daya’ dan Daya.
Versi Dayak umumnya di gunakan oleh pengarang dan penerbit dari Inggris sebelum perang dunia ke II.Penulisan Dajak muncul dalam naskah-naskah berbahasa Belanda>Versi Dayak adalah perkembangan lebih lanjut dari versi Dyak. Di Serawak,sejumlah serjana Dayak maupun NonDayak yang study di luar negeri,mengambil study tentang Dayak; Mereka Menulis Kata Dayak dalam publikasi penelitiannya ,Karena itulah versi Dayak semakin di kenal luas di dunia.
Versi Dayak,Dyak,dan Daya telah menimbulkan pro dan kontra dan mencerminkan kekaburan identitas (identity people) masyarakat Dayak. Sikap in terwujud nyata dalam kehidupan sehari-hari .Orang Dayak malu menganggap dirinya orang Dayak ,cendrung ingin menghilangkan identitasnya sebagai Dayak. Mengapa orang Dayak terhina dan malu di sebut Dayak ?ada sejarahnya .
Pada awal abad 19 kelompok dominan di Kalimantan adalah Dayak dan Melayu.Etnis Melayu umumnya bermukim di daerah pantai.Mereka penganut Islam dan lebih dulu mengenal baca tulis.Orang Melayu dalam pandangan orang Dayak kala itu adalah cermin kemajuan dan ke – modern –an.Sebalik nya Orang Dayak yang tinggal di pedalaman ,berperilaku beda dengan Melayu,beragama asli dan belum mengenal baca tulis.
Kemudian dating penjajah Belanda yang membawa budaya norma,barang baru yang berbeda dengan masyarakat dayak.segala hal tentang Belanda adalah symbol kemajuan.Sebaliknya orang Belanda dan Melayu punya tolok ukur yang masing-masing terhadap orang dayak.Orang Belanda dan Melayu mencap sesorang/kelompok yang berperilaku menyimpang dari budaya,norma mereka di sebut Dajakker ,sebutan yang mengandung makna negatip ,setara dengan inlander.Istilah tersebut berkembang menjadi Dajakkera,atau Dajak sama dengan Kera (Kera=Monyet)
Istilah “Dayak” sebagai symbol hal-hal yang buruk berkembang luas.Di masyarakat Jawa ,orang yang urakan,kotor,amburadul (kolot) di sebut Ndayak;kedayak-dayakan.Dulu di Kalbar,terasi atau anjing kurap di sebut Dayak.
Untuk menghilangkan label Dayak, para pemimpin Dayak Se-Kalbar yang merasa dirinya terhina dan malu menyandang label etnisitas Dayak,mengadakan pertemuan besar di Sanggau (1956).Salah satu hasilnya disepakati mengubah penulisan Dayak menjadi DAYA’,selanjutnya terjadi pengikisan apostrop (‘) maka Daya’ menjadi Daya saja.
Agaknya para pemimpin Dayak Kalbar waktu itu berkehendak mencari dentitas baru agar dapat di terima kelompok lain .Tetapi sebaliknya ,menghilangkan etnisitas sebagai salah satu wujud identitas.
Dalam perkembangannya,kelompok generasi baru Dayak menilai gengsi,kehormatan,rasa hina,dan malu tidak akan hilang dengan hanya sekedar mengganti Dayak dengan Daya’ Atau Daya.Harus ada tindakan nyata masyarakat Dayak untuk meningkatkan kualitasnya.karena itu menurut pandangan mereka penulisan yang benar adalah DAYAK.alasan pertama :
Versi Dayak adalah versi yang tertua yang telah memberikan identitas bersama bagi kelompok-kelompok tertentu non muslim di Kalimantan.
Kedua,vers Dayak sudah di akui secara internasional.Pengakuan masyarakat internasional adalah salah satu aspek identitas dan jati diri.Pada masa lalu sebutan Dayak menimbulkan kepahitan ,penghinaan ,karena politik “pecah dan perintah “ dari penjajahan Belanda. Pada masa Penjajahan Belanda Inlander berkonotasi negatip,kin justru pribumi merupakan identitas yang membanggakan.
Tahun 1992 Insitute of Dayakology Research and Development ( kini namanya Institut Dayakology) menggelar seminar Nasional dan Expo budaya Dayak.Salah satu kesepakatan penting pertemuan ini adalah penulisan DAYAK dengan DAYAK.
Kini masyarakat Dayak semakin kehilangan identitas ke-DAYAK-annya akibat proses pembangunan yang meminggirkan mereka.Peminggiran itu mulai dari kata-kata (verbal),tindak tanduk,(behavioral) dan perampasan -paksa(performance) atas hak Tanah. Dan Perlawanan Masyarakat Adat juga seirama dan setara dengan tingkatan proses tersebut.
Menurut penelitian Institus Dayakology (1996) ada 5 (lima ) paktor yang menyebabkan hancurnya kebudayaan Dayak sebagai identitas utama masyarakat Dayak yakni ;
1. Pendidikan pormal
2. Agama asing
3. Dominasi budaya asing
4. Perundang-undangan /peraturan yang memihak penguasa
5. Invansi kapitalis internasional
Kelima factor inilah yang menyebabkan hlangnya identitas masyarakat Dayak.
Pendidikan Formal (terutama) membawa dampak positif dan negative bagi orang Dayak.Namun di Indonesia pendidikan sekolah dilaksanakan dengan penuh indokrinasi (pengkaburan sejarah dari asli seperti kasus G-30 PKI) sehingga mencerabut orang dari budaya nya sendiri dan tidak kritis.Anak-anak Dayak di dokrin untuk melecehkan budaya mereka sendiri (dalam rumah tangga si anak di anjurkan pakai bahasa lain dari komonitasnya sehingga di kemudian hari tidak tau akan bahasa sukunya). Cara-cara orang Dayak bertanam karet,berburu,memanfaatkan hasil hutan,memelihara pohon buah-buahan dianggap tidak produktip,kolot ,primitive,tidak berbudaya,Bacaan-bacaan di sekolah adalah tentang cerita-cerita dari luar Kalimantan.Maka Manusia Dayak Tumbuh menjadi asing di negeri sendiri yang memusuhi budaya mereka sendiri.
Dalam dasa warsa 70 – an orang-orang Dayak di tuding hidup dalam sistim komonis,tidak sehat,melakukan praktek-praktek prostitusi terselubung ,sex bebas,karena tinggal di rumah betang(rumah panjang). Rumah panjang itu kemudian di bongkar dan hidup dirumah tunggal.Hasilnya orang-orang Dayak menjadi sangat individualis. Dengan hancurnya rumah panjang,maka hancur pulalah jantung kebudayaan orang Dayak (Sipat-sipat Luhur atau Pilar-pilar Huma Betang dalam arti nilai-nilai budaya orang Dayak yang Demokrasi/ setara dalam Derajat,abdi hukum ,arip dengan lingkungan Tegas ,jujur dalam bersikap dan berbuat dengan sendirinya hilang justru menimbulkan dua kultur kelas masyarakat yang berbeda yaitu ; klas Buruh,petani,pedagang berpikir bagaimana bisa hidup sejahtera dan aman ; Klas Pegawai yaitu kelompok yang identik dengan kekuasaan dalam arti adanya perbedaan social antara atasan dengan bawahan)
Undan-undang yang berhubungan dengan eksploitasi terhadap sumber daya alam ternyata sengaja di buat oleh pemerintah Orde Baru (mafia Barkeley) untuk melicinkan proses ekploitasi sumber daya alam oleh Negara dan penguasa dengan lahirnya Undang-undang Penanaman modal Asing (UPMA) yang membuat kebijakan birokrasi ke-kapitalis.
Usaha-usaha itu di modali oleh pinjaman luar negeri dan pengusaha asing dan pengusaha nasional. Sistem pengelolaan hutan pemerintah model HPH,HTI,PBS perkebunan besar swasta pertambangan tranmigrasi dan lainnya (sipat-sipat Feodalis dan neoliberal) telah menghancurkan kebudayaan Dayak.tulisan ini di ambil dari katalog penyebaran masyarakat adat di dunia (Kunjungi website ;Http//www.onelytomas.blogspot.com dan www.saveourborneo.org)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

IDENTITAS MASYARAKAT DAYAK

IDENTITAS MASYARAKAT DAYAK
(Masyarakat Adat Di Dunia ;Eksistensi dan perjuangannya)
Sebelum tahun 1990 setidaknya ada 4 sebutan untuk Dayak :yakni Dayak,Dyak,Daya’ dan Daya.
Versi Dayak umumnya di gunakan oleh pengarang dan penerbit dari Inggris sebelum perang dunia ke II.Penulisan Dajak muncul dalam naskah-naskah berbahasa Belanda>Versi Dayak adalah perkembangan lebih lanjut dari versi Dyak. Di Serawak,sejumlah serjana Dayak maupun NonDayak yang study di luar negeri,mengambil study tentang Dayak; Mereka Menulis Kata Dayak dalam publikasi penelitiannya ,Karena itulah versi Dayak semakin di kenal luas di dunia.
Versi Dayak,Dyak,dan Daya telah menimbulkan pro dan kontra dan mencerminkan kekaburan identitas (identity people) masyarakat Dayak. Sikap in terwujud nyata dalam kehidupan sehari-hari .Orang Dayak malu menganggap dirinya orang Dayak ,cendrung ingin menghilangkan identitasnya sebagai Dayak. Mengapa orang Dayak terhina dan malu di sebut Dayak ?ada sejarahnya .
Pada awal abad 19 kelompok dominan di Kalimantan adalah Dayak dan Melayu.Etnis Melayu umumnya bermukim di daerah pantai.Mereka penganut Islam dan lebih dulu mengenal baca tulis.Orang Melayu dalam pandangan orang Dayak kala itu adalah cermin kemajuan dan ke – modern –an.Sebalik nya Orang Dayak yang tinggal di pedalaman ,berperilaku beda dengan Melayu,beragama asli dan belum mengenal baca tulis.
Kemudian dating penjajah Belanda yang membawa budaya norma,barang baru yang berbeda dengan masyarakat dayak.segala hal tentang Belanda adalah symbol kemajuan.Sebaliknya orang Belanda dan Melayu punya tolok ukur yang masing-masing terhadap orang dayak.Orang Belanda dan Melayu mencap sesorang/kelompok yang berperilaku menyimpang dari budaya,norma mereka di sebut Dajakker ,sebutan yang mengandung makna negatip ,setara dengan inlander.Istilah tersebut berkembang menjadi Dajakkera,atau Dajak sama dengan Kera (Kera=Monyet)
Istilah “Dayak” sebagai symbol hal-hal yang buruk berkembang luas.Di masyarakat Jawa ,orang yang urakan,kotor,amburadul (kolot) di sebut Ndayak;kedayak-dayakan.Dulu di Kalbar,terasi atau anjing kurap di sebut Dayak.
Untuk menghilangkan label Dayak, para pemimpin Dayak Se-Kalbar yang merasa dirinya terhina dan malu menyandang label etnisitas Dayak,mengadakan pertemuan besar di Sanggau (1956).Salah satu hasilnya disepakati mengubah penulisan Dayak menjadi DAYA’,selanjutnya terjadi pengikisan apostrop (‘) maka Daya’ menjadi Daya saja.
Agaknya para pemimpin Dayak Kalbar waktu itu berkehendak mencari dentitas baru agar dapat di terima kelompok lain .Tetapi sebaliknya ,menghilangkan etnisitas sebagai salah satu wujud identitas.
Dalam perkembangannya,kelompok generasi baru Dayak menilai gengsi,kehormatan,rasa hina,dan malu tidak akan hilang dengan hanya sekedar mengganti Dayak dengan Daya’ Atau Daya.Harus ada tindakan nyata masyarakat Dayak untuk meningkatkan kualitasnya.karena itu menurut pandangan mereka penulisan yang benar adalah DAYAK.alasan pertama :
Versi Dayak adalah versi yang tertua yang telah memberikan identitas bersama bagi kelompok-kelompok tertentu non muslim di Kalimantan.
Kedua,vers Dayak sudah di akui secara internasional.Pengakuan masyarakat internasional adalah salah satu aspek identitas dan jati diri.Pada masa lalu sebutan Dayak menimbulkan kepahitan ,penghinaan ,karena politik “pecah dan perintah “ dari penjajahan Belanda. Pada masa Penjajahan Belanda Inlander berkonotasi negatip,kin justru pribumi merupakan identitas yang membanggakan.
Tahun 1992 Insitute of Dayakology Research and Development ( kini namanya Institut Dayakology) menggelar seminar Nasional dan Expo budaya Dayak.Salah satu kesepakatan penting pertemuan ini adalah penulisan DAYAK dengan DAYAK.
Kini masyarakat Dayak semakin kehilangan identitas ke-DAYAK-annya akibat proses pembangunan yang meminggirkan mereka.Peminggiran itu mulai dari kata-kata (verbal),tindak tanduk,(behavioral) dan perampasan -paksa(performance) atas hak Tanah. Dan Perlawanan Masyarakat Adat juga seirama dan setara dengan tingkatan proses tersebut.
Menurut penelitian Institus Dayakology (1996) ada 5 (lima ) paktor yang menyebabkan hancurnya kebudayaan Dayak sebagai identitas utama masyarakat Dayak yakni ;
1. Pendidikan pormal
2. Agama asing
3. Dominasi budaya asing
4. Perundang-undangan /peraturan yang memihak penguasa
5. Invansi kapitalis internasional
Kelima factor inilah yang menyebabkan hlangnya identitas masyarakat Dayak.
Pendidikan Formal (terutama) membawa dampak positif dan negative bagi orang Dayak.Namun di Indonesia pendidikan sekolah dilaksanakan dengan penuh indokrinasi (pengkaburan sejarah dari asli seperti kasus G-30 PKI) sehingga mencerabut orang dari budaya nya sendiri dan tidak kritis.Anak-anak Dayak di dokrin untuk melecehkan budaya mereka sendiri (dalam rumah tangga si anak di anjurkan pakai bahasa lain dari komonitasnya sehingga di kemudian hari tidak tau akan bahasa sukunya). Cara-cara orang Dayak bertanam karet,berburu,memanfaatkan hasil hutan,memelihara pohon buah-buahan dianggap tidak produktip,kolot ,primitive,tidak berbudaya,Bacaan-bacaan di sekolah adalah tentang cerita-cerita dari luar Kalimantan.Maka Manusia Dayak Tumbuh menjadi asing di negeri sendiri yang memusuhi budaya mereka sendiri.
Dalam dasa warsa 70 – an orang-orang Dayak di tuding hidup dalam sistim komonis,tidak sehat,melakukan praktek-praktek prostitusi terselubung ,sex bebas,karena tinggal di rumah betang(rumah panjang). Rumah panjang itu kemudian di bongkar dan hidup dirumah tunggal.Hasilnya orang-orang Dayak menjadi sangat individualis. Dengan hancurnya rumah panjang,maka hancur pulalah jantung kebudayaan orang Dayak (Sipat-sipat Luhur atau Pilar-pilar Huma Betang dalam arti nilai-nilai budaya orang Dayak yang Demokrasi/ setara dalam Derajat,abdi hukum ,arip dengan lingkungan Tegas ,jujur dalam bersikap dan berbuat dengan sendirinya hilang justru menimbulkan dua kultur kelas masyarakat yang berbeda yaitu ; klas Buruh,petani,pedagang berpikir bagaimana bisa hidup sejahtera dan aman ; Klas Pegawai yaitu kelompok yang identik dengan kekuasaan dalam arti adanya perbedaan social antara atasan dengan bawahan)
Undan-undang yang berhubungan dengan eksploitasi terhadap sumber daya alam ternyata sengaja di buat oleh pemerintah Orde Baru (mafia Barkeley) untuk melicinkan proses ekploitasi sumber daya alam oleh Negara dan penguasa dengan lahirnya Undang-undang Penanaman modal Asing (UPMA) yang membuat kebijakan birokrasi ke-kapitalis.
Usaha-usaha itu di modali oleh pinjaman luar negeri dan pengusaha asing dan pengusaha nasional. Sistem pengelolaan hutan pemerintah model HPH,HTI,PBS perkebunan besar swasta pertambangan tranmigrasi dan lainnya (sipat-sipat Feodalis dan neoliberal) telah menghancurkan kebudayaan Dayak.tulisan ini di ambil dari katalog penyebaran masyarakat adat di dunia (Kunjungi website ;Http//www.onelytomas.blogspot.com dan www.saveourborneo.org)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

RISAU DI SUNGAI RASAU

RISAU DI SUNGAI RASAU
PENDAHULUAN
Konflik berkepanjangan sering terjadi di mana setiap adanya ijin usaha perkebunan kelapa sawit di terbit kan permasalahan social timbul terjadi antara pemilik perkebunan dengan masyarakat sekitar, karena penggusuran lahan warga yang sewenang-wenang tanpa ganti rugi yang layak,perusahaan sering mengabaikan kewajibannya terhadap warga lokasi ,warga tidak diikut sertakan sebagai pekerja alasan SDM yang tidak berkualitas (orang local pemalas) dan
, hilangnya tempat berusaha (mata Pencaharian) klaim lahan dan seringnya intimidasi dari aparat terhadap warga yang tidak mau melepaskan lahannya.

Lahan Galam Semakin Menyempit ,Piring Nasi terancam di rampas.
Keluhan atau permasalahan ini di rasakan oleh warga Desa Sungai Rasau Kecamatan Cerbon Kabupaten Baritu Kuala ( Batola) Kalimantan Selatan ,di mana Lahan Hutan Galam yang mnjadi sumber kehidupan masyarakat di rambah untuk menjadi perkebunan kelapa sawit oleh pemerintah daerah Kabupaten Batola. Lahan Galam yang dulunya seluas 9 Kilometer persegi sekarang bersisa sekitar 6 kilometer persegi yang di jadikan perkebunan kelapa sawit PT.PUTRA BANGUN BANUA (PBB) dan yang sisanya itupun tidak lepas dari provokasi perusahaan dengan dalih Hak Guna Usaha.
Sebelum Perkebunan Kelapa sawit memasuki wilayah mereka ,penuturan warga yang mata pencaharian dari nelayan dan mencari galam penghasilan bisa mencapai Rp.100.000 ( Seratus Ribu/ hari) dan sekarang mereka terpaksa/dipaksa menjadi buruh perkebunan kelapa sawit yang penghasilannya Rp.30.000 ( Tiga Puluh Ribu / perhari). Dari kawasan lahan Galam yang terancam perambahan ,kolam-kolam ikan (semacam Beje) /danau alam yang banyak ikan Papuyu ,haruan dan ladang PURUN ( bahan utuk membuat tikar) juga terancam di gusur oleh PT.CITRA PUTRA KEBUN ASERI (CPKA) di Desa HAMPELAS kecamatan KURIPAN tidak luput juga dari incaran perkebunan. Soalnya warga menilai pihak perusahaan telah melalaikan kewajiban kepada warga bahkan kolam ikan warga yang di budidaya sejak zaman dahulu pun tidak luput dari lokasi penanaman kelapa sawit.

Menurut SANDRIE ; KEPALA BIDANG REHABILITASI DAN BUDIDAYA DINAS KEHUTANAN KABUPATEN BARITO KUALA jumlah perusahaan yang sudah memiliki izin lokasi sebanyak 4 (empat) perusahaan ,bahkan 16 kecamatan yang ada di Batola sudah di pastikan menjadi perkebunan sawit selain kecamatan ANJIR MUARA DAN ANJIR PASAR.
Empat perusahaan itu antara lain : PT.PUTRA BANGUN BERSAMA,dengan luas mencapai 6.744 hektar meliputi Kecamatan Jajangkit,Rantau Badauh,Cerbon. PT ANGRI BUMI SENTOSA (ABS) dengan luas mencapai 10000 hektar.meliputi kecamatan Tabukan,WanaRaya,Barambai dan Marabahan;PT.CITRA PUTERA KEBUN ASERI (CPKA) dengan luas 7900 hektar meliputi kecamatan Kuripan dan Bakumpai; dan PT.TIGA DAUN dengan luas lahan 9000 hektar meliputi kecamatan Mekarsari,Tamban,dan Tabunganen.
Misalnya PT.ABS di duga melakukan pencaplokan wilayah dalam penanaman kelapa sawit sampai kabupaten Kapuas ,semua terbukti saat Tim TPBD Kapuas kelapangan mendapatkan 6 pilar tapal batas tak sesuai lagi ,seperti pilar 52,56,57,58,48,49 yang berada di Handil Puntik Ujung kecamatan Kapuas Murung ,Handil Banama Desa Palambang Kecamatan Pulau Petak,Handil Puntik dan Handil Pantang Baru,Desa palingkau baru, Pt. ANGRI BUMI SENTOSA membuat saluran parit pembuangan sepanjang 2 kilometer masuk Kabupaten Kapuas Propinsi Kalimantan Tengah.
Menurut Dwitho Frasetiandy, Manager Kampanye Wahana Lingkungan Hidup (Walhi ) Kalimantan Selatan ,terjadinya pencaplokan lahan pertanian maupun perkebunan warga yang di lakukan perkebunan kelapa sawit ,sebagai upaya menyingkirkan warga secara perlahan-lahan ,bahkan pencaplokan bukan hanya di Kalimantan Selatan tetapi di wilayah lain seperti Jambi Riau Sumatra Utara sudah berulang-ulang di mana pihak pemerintah terkesan berpihak kepada perusahaan.
Menjawab persoalan perkebunan kelapa sawit ini ,Bupati Barito Kuala (Batola) H.Hasannudin Murad SH, mengatakan tujuan di ijinkannya beroperasinya perkebunan kelapa sawit demi kesejahteraan warga,misalnya yang dulunya mencari kayu dan menangkap ikan dan sebagai petani bisa beralih sebagai petani kelapa sawit apalagi 20 % lahan perkebunan di peruntukan bagi warga sebagai pola plasma kemitraan.
Tapi kenyataan sekarang bukan yang 20 % dari lahan perkebunan yang sudah di atur oleh pemerintah tapi lahan warga yang di rampas,ujung-ujungnya bukan kesejahteraan yang di dapat warga tapi kesengsaraan.

Palangka Raya,22 Juli 2009
Tulisan ini di sari dan di edit dari media-media local Regional Kalimantan ( Monitoring dan Document Save Our Borneo)
Oleh Thomas Wanly

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

SURAT SEORANG EVANGELIS tentang BUDAYA KAYAU

Abi Zakky Setiawan 27 September
Tumbang Lahang 15 Nopember 1938
Aton are sababe oloh Dayak mampatei oloh beken atawa hapatei sama arepe. Aton ije mampatei oloh awi kasingie tagal en-en, aton ije mamapatei oloh awi mipen manduan ramoe, sama kilau gawin kare utus beken kea. Tapi aton kea bukue beken tinai. Amon aton oloh haban, aloh inatamba hapan maca-macam tatamba tapi jaton tau barigas tinai, tapi dia kea ampie akan bagulong matei, te bahut oloh misek dengan Sangiang atawa manenong, manggau bukun kahaban te tuntang misek tatambae. Tinai amon oloh nupi aton taloh manenga karohei tatau akae, te tau kea kanateke taloh balaku dahan olon akan sakie. Te maka saolih-olih ewen manggau jalan mamapatei olon. Kalote mikeh aton bukue beken tinai oloh dayak mamapatei oloh, tapi gawi te uras dia tau inyewut manganyau. Krana manganyau jete dia gawi mampatei oloh, malengkan jete ampin jalan mamapatei oloh tuntang aton tirok gawi te, uka manduan takoloke hapan tiwah.


Oloh ije handak hagoet manganyau jete batarang huang hapus lewu basa ewen te dia hagoet brangai atawa suni-suni malengkan aton pesta korik, kuman mihup, mampendeng balai pali, manawur, manajah antang tuntangh kutoh taloh. Ewen hagoet inolak awi kare kolae tuntang oloh bawi.

Horan, aloh hong katika pamarentah Blanda ije malawan gawi kasar te, mahin oloh magun tau malaluse manakau matan pamarentah. Jete tau, basa katika helo kare oloh ije aton hong gagenep lewu uras hakola, kalote ewen handiai hayak-hayak manyahokan gawi te. Tinai bara hila huang (huang atei oloh) roch agama Kristen ije mimbit awi Zending ije sasar manang kea hetoh, jala-jalan mampaterai gawi te.

Katika toh (1938) tirok manggau takolok olon akan hapan tiwah, tau magun aton batisa hong kare eka korik hong utus dayak, tapin jete baya isut ih, tuntang jaka jete ilalus, te beken toto lagoe bara bihin. Oloh dia bahanyi mawi batarang kilau helo, malengkan ewen hagoet kilau panggoet oloh halisang, kilau oloh hagoet satiar atawa badagang. Tinai amon ewen dumah, te dumah suni-suni, sampai kinjap oloh ije hadarah huma mahin dia katawan aton takolok iimbit buli. Maka jete bahali inyewut manganyau. Awi te amon hong penda ije jari halau huang utus dayak. Are oloh ije belom katika toh, mambatang ewen ije panda bara 40 nyelo umure, jaton kasene kare gawi te, kilau jete horan ilalus awi kare oloh helo.

Huang agama kapir ain oloh dayak ije kontep dengan animisme, madue taloh handiai aton ganae, olon, meto, kayu, batu, bukit, petak, tasik, uras aton ganae. Maka gana te tau impahai, impaabas, tau manjadi kuasa paham haream, ie te awi mampalah ije beken, awi mampatei ie. Oloh je jari paham halisang, mahoroi petak, mahoroi tasik, ije jari mite are utus beken, ije jari mandai are bukit gantong, ije jari mampatei are meto korik hai, ie basewut.

Tapi basewut haream tuntang tamam toto, marawan oloh handiai dengan oloh ije mampatei olon, manusuh dahan oloh beken. Krana kuasa ije pangkahai ie te ije aton huang olon, jari impalah awie, jari ie dinon, manjadi kuasa akae. Tumon kakare oloh ije impatei awie, tumon te kea kare kuasa tuntang kaabas hambaruan akae. Awi te ie manjadi basewut, kare kahaie hormat tuntang karawan oloh dengae. Nihau kare katawahe, tapi ie manjadi babehat kotake, bahari totok biwihe. Dia baya oloh bewei marawan ie, tapi kare taloh kea mikeh dengae. Kare sial hadari bara ie, tuntang ie manjadi batuah. Te ie manganyau.

Pendeta Isun Birim, Pendeta awal GKE

(dirangkum dari fishing, hunting and headhunting, in the former culture of dayak ngaju in central kalimantan edited and translated by A.H Klokke)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

PERDAMAIAN TUMBANG ANOI

PERDAMAIAN TUMBANG ANOI
oleh Zakky Setiawan
Perdamaian Tumbang Anoi dalah musyawarah yang membahas perdamaian antar suku Dayak yang terlibat perang. Diselenggarakan di Desa Tumbang Anoi daerah sungai Kahayan Hulu bagian Utara tanggal 22 Mei s/d 24 Juli (60 hari) pada tahun 1894. Acara tersebut dihadiri 400 suku Dayak yang tersebar diseluruh Kalimantan. Pertemuan besar tersebut diprakarsai oleh tokoh Dayak seperti : Damang Batu, Singa Rotang, Singa Duta, Tamanggung Panji dan kawan-kawan. Kesepakatan tersebut tidak hanya kesepakatan antar suku Dayak tapi juga dengan pihak Belanda. Adapun hasil Pakat Dayak dan Damang membuahkan 7 butir kesepakatan yang isinya kurang lebih : (1) menghentikan pertikaian antara Belanda dengan prajurit Barandar (pasukan Dayak) tanpa tuntutan ganti rugi; (2) pihak Belanda mengakui kedaulatan Kedemangan; (3) menghentikan kegiatan asang-maasang (perang antar suku); (4) menghentikan kegiatan bunu-habunu (saling membunuh akibat dendam); (5) menghentikan kegiatan kayau-mengayau (memotong kepala sebagai simbol keberanian); (6) menghentikan hajual hapili jipen (jual beli budak); dan (7) menyempurnakan warisan turun temurun yang dipanku para Damang.
dalam musyawarah ini hadir para utusan dari 400 kelompok Suku Dayak di seluruh Borneo / Kalimantan di Desa Tumbang Anoi, Kahayan Hulu Utara,Tanah Dayak pada 22 Mei -24 Juli 1894.

Pertikaian yang berlumuran adat kebiasaan lama yang sudah terlanjur membudaya, berurat berakar warisan negatif dalam bentuk asang-maasang (perang suku),bunu-habunu (saling membunuh), kayau-mangayau (saling penggal kepala), dan jipen-hajipen (saling mendenda),
berganti menjadi suasana yang penuh getaran semangat
pembaharuan dan persaudaraan yang pekat akibat Pakat
Tumbang Anoi ini

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Bencana atau Berkah ?

Bencana atau Berkah ?
Persoalan,kelaparan,kekeringan,kebanjiran,gempa bumi ,pelacuran,trapiking dan lain sebagainya……merupakan persoalan individu yang sangat komplet ( seperti jamu yang laris di pasaran )
Dimana satu pihak untuk promosi,di lain pihak untuk konsumsi .
Di media Nasional maupun Lokal korupsi,kejahatan lingkungan,social masyarakat dan lingkungan dan persoalan Tenaga kerja yang juga merupakan tanggung jawab siapa semuanya tidak jelas.di mana persoalan itu akan terus menerus akan berlanjut dan akan menjadi sebuat tren’pola’ yang sangat sensasional.
Tahun ini bencana, gempa bumi di pulau jawa,kebanjiran di Mandailing Sumatra,kabut asap di Kalimantan,semuanya seperti kabar berita di media yang membuat opini dan bahan diskusi yang berkepanjangan dan hasil yang tidak jelas,,,,,,,,,,karena pertanyaannya siapa,kenapa dan sebab akibat yang semuanya tidak jelas. Dimanakah Manusia yang dulu berkicau peduli dengan rakyat,,,,,,,,,Lupa…..???????? Jawabannya dari mana mulainya dan sampai mana berakhirnya dan akan selalu terus berulang. Bingung ………………………Tidak jelas.
Suasana Hari Raya /lebaran masih menyisakan kegembiraan dan kebahagian di mana saatnya saling bermaaf-maafan,di mana persoalan hanya bisa selesai bila ada kata “maaf” yangsudah menjadi tradisi yang tidak jelas kapan memulainya dan kapan berakhirnya.
Arus mudik dan balik yang sudah menjadi tradisi dari nenek moyang kita dulu sebenarnya merupakan ikon yang sangat penting dalam budaya kekerabatan Negara tercinta ini yang setiap tahun akan menjadi asset atau Pendapatan Daerah,tetapi juga akan menjadi polemic yang tidak jelas di mana Pekerjaan dan tuntutan perut yang merupakan sebuah impian dan harapan masa depan,yang membuat manusia berlomba tidak peduli akan resiko yang bakal di hadapi.
Musibah dan berkah yang mengunakan praktek illegal dan Halal seperti penipuan pola Penyalur tenaga kerja ,Urbanisasi dan Imigran yang menjadi persoalan dan bahan konsumsi kita hari-hari,apakah itu merupakan sebuah mimpi ,atau semuanya ….tidak jelas.

Palangkaraya,28 September 2009
Oleh Thomas Wanly.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS