Historys of Desa Harowu
Menapak sejarah masa lalu
Zaman dahulu masa peradaban suku bangsa Dayak masih belum tercatat dan terdokumentasi seperti babat dan sastra-sastra tulis pada umumnya
.
Jauh di pedalaman Kalimantan yaitu di hulu sungai Miri anak DAS Kahayan pada masa itu di mana kehidupan yang masih natural dan penuh magis dan religius dan masih menggantung kan hajat hidupnya dengan kelimpahan sumberdaya alam yang pada fase sejarah/kesusasteraan Dayak yang disebut dengan zaman Tatum atau zaman prasejarah kesusasteraan Dayak Ngaju. Atau zaman Pananyo’oi
Menurut penuturan Apung sombin (65 thn ) tokoh masyarakat dan mantir adat yang ada di desa Harowu,asal usul orang dayak yang ada di sungai kahayan sebelum zaman Tambun Bungai yang ada di Kampung Tumbang Pajangei,di Hulu Miri sudah ada beberapa peninggalan atau bekas betang dan Pantar (kayu ulin yang di tanam waktu upacara tiwah yang di yakini oleh orang Dayak sebagai jembatan roh menuju ke sorga atau ke Lewu Tatau Habaras Bolau)
Pentilasan atau bekas-bekas peradaban orang zaman dahulu masih bisa di jumpa di sepanjang sungai Miri selain desa Harowu sendiri. Yang sekarang warga menamakan nya sebagai KOLOHKA
1 Kalohka Kapangoi yang di bangun oleh Nyaring anak Ingoi yang sekarang masih tersisa adalah sisa -sisa tiang Betang dan kebun buah-buahan
2 Kolohka Jaranoi
3 Kaloka Lawang Kupang yang terkenal pada zaman Dulla yang mempunyai 3 orang putra ; Ongko Anden manusia pertama yang gaib menjadi Naga atau penjaga alam bawah ,bagi keberlangsungan nya manusia Dayak yang ada di bumi Kalimantan,kedua adalah Ongko Tering ,ongko ini lah yang asal mulanya menjadi orang yang menjadi Kambe Hai atau Jin yang beranak pinak dedengkot iblis /hantu hutan,nyaring pahilep (manusia yang berambut pirang dan suka mencari mangsa atau berburu di waktu hari mau gelap dan waktu hujan panas,dan ke tiga nya adalah Ongko Ambun yang gaib menjadi Antang/elang dan di yakini masih hidup di Puruk Liang Bungai dan menjadi Antang Tajah bagi masyarakat dayak yang ada di DAS Kahayan,Katingan dan Kapuas;Sewaktu dia masih hidup berupa wujud manusia beliau berpesan kepada anak cucunya ,bahwa dia akan tetap setia menjaga orang dayak ketka mendapat ancaman yang akan membantu bila orang dayak berperang / kesusahan dan berencana dalam merencanakan pekerjaan nya dengan catatan pembakaran garu ,menabur beras kuning dan darah ayam
4 Kolohka Sungai Pari
5 Kolohka Kahukup Ombu ; peninggalan yang masih bisa di lihat adalah Pantar dan Sakalan/Telanan unuk mencinang daging binatang buruan nya.
6 Kolohka Penda Ropih
7 Kolohka Labehu Ongo – ongok di sini ada air terjun sehingga mobilitas penduduk lewat sungai mengalami kesulitan
8 Kolohka Kahukup Katimun (tempat masyarakat mencari emas secara tradisional/mendulang
9 Kolohka Tumbang Koto
10 Kolohka Ngamiri Ngamuroi (betang Balu Amai Matun Tawan)
11 Kolohka Burang kepunyaan Teko ,di zaman ini lah terjadi serangan asang dari suku Dayak Panyawung dan Kenyah dari Sungai Mahakam yang membantai semua warga di Betang Tumbang Bahi’o di antara desa Tumbang Lapan dan Tumbang Sian. Cerita ini bermula karena Teko yang mempunyai istri lebih dari 40 orang menjual Betau nya/saudara perempuannya dengan mandau satu Keba . dan keturunan dari Teko inilah yang menjadi penduduk desa Masukih,Rangan Hiran,Harowu ,Sungai Pinang dan Tumbang Bokoi di DAS Kapuas.
12 Kolohka Tumbang Moto di Kolohka ini ada Tajahan Lupang Baca yang ceritanya berasal dari Lupang/tempurung kelapa yang hanyut dan didalamnya tempat pendulang emas tradisional menaruh emasnya. Pada waktu itu ada ada warga yang kesurupan dan saat itu ada mahluk yang berwujut manusia timbul dari dalam air yang berpesan tempat itu harus di jadikan Tajahan
13 Labehu Sandik ; tempat ini diceritakan sebuah perkampungan orang-orang yang rambutnya berkunir / bahasa Ut-Danum Sandik = Kuncir
14 Kolohka Tumbang Marangai kepunyaan Bua Keting yang bergelar Tingang Notai Hulu Marangai yang menjadi nenek moyang Singa Keting pendiri Desa Rangan Hiran
15 Raca Moku Rangan Munu yaitu tempat orang mencari ikan yang banyak (Monu = Melimpah )
16 Tosah Hurung Anoi Liang buro’o (lokasi air terjun dan tempat war ga bekerja emas tradisional di sungai Baliti )
17 Kolohka Tumbang Nyo’oi Kandang Bongoi Aang Hanyo’oi tempat kandang Kerbau Singa Keting.
Disamping Kolohka ada beberapa tempat yang di yakini oleh penduduk sete mpat mempunyai persamaan sejarah dan situs yang perlu di dokumentasi dan di pertegas kepada dunia seperti Bukit atau Puruk.
Dalam Kawasan Desa Harowu yang juga menjadi milik semua warga Sungai Miri ada beberapa Puruk atau Bukit yang di keramatkan antara lain :
1 Puruk Sandukui ; bukit ini di yakini sebagai tiang tempat bertambatnya Banama/Bahtera Nabi Nuh zaman dahulu ,karena kata Sandukui = bertambat
2 Puruk Ruap ; di kaki bukit ini ada tanah adat yang luasnya sekitar 5000 ha yang merupakan hamparan kebun buah Durian dan disini ada tempat yang namanya Rupak Tamiang yang menurut warga tempat bersembunyinya Banteng dan Kerbau/Hadangan Liar
3 Puruk Liang Bungai ; tempat bersemayamnya Antang Tajah yaitu Antang Ambun yang berwujud burung Elang dan bisa membantu warga melihat peruntungan masa depan dalam menghadapi marabahaya dan wabah penyakit.
4 Puruk Pangandaran
5 Puruk Batu Tonduk ; tempat Singa Beneng berburu Banteng
6 Puruk Batu karung
7 Puruk Pandan Kuhung
Disamping ada Kolohka dan Puruk masih banyak Riam/Jeram dan sungai yang mempunyai sejarah dan tempat budaya yang perlu di lestarikan buat kelangsungan hajat hidup masyarakat yang berhubungan langsung dengan Program Heart of Borneo (HoB)
Desa Harowu
Menurut sejarah sebelum berpindah ke desa Harowu sekarang desa ini awal mulanya berada di Sungai Masukih .
Pada zaman Belanda Kampung Harowu Lama waktu di pimpin oleh Singa Dengen dan Singa Rahap pernah mendapat penghargaan Medali Bintang Perak oleh pemerintahan Belanda karena kepedulian nya membayar pajak yang tercatat ada 300 orang warga Harowu yang bayar Pajak zaman Tuan Rahing .
Sekarang Kampung Harowu Lama hanya tinggal sisa-sisa tiang Betang dan sebuah Sandung kepunyaan Ronyuh serta kebun rotan dan durian ,sandung ini yang ddirikan sebelum Perjanjan Tumbang Anoi atau sekitar tahun 1800 Masehi yang terletak pada titik GPS 49 M (X): 0797606 dan UTM (Y) :9938726
Desa Harowu Kecamatan Miri Manasa terbentuk sejak tahun 1942 atau pada masa
penjajahan Jepang, pada saat itu desa tersebut telah terbantuk secara depinitif, nama desa
Harowu sendiri berasal dari nama sungai yaitu sungai tepatnya anak sungai Masukih yang
bernama sungai Harowu. Dan pada peta Dunia terletak di titik GPS 49 M : 079936 dan UTM (Y) : 9937909
Desa yang sekarang ditempati merupakan tempat berladang
masyarakat desa Harowu, namun kerena terjadi bencana banjir dan kelaparan di desa
Harowu maka akhirnya mereka memutuskan untuk pindah ke tempat yang lebih memungkinkan yaitu ke sungai Hanyo’oi .Dan beberapa tahun setelah itu mereka pindah lagi ke kaki Puruk Pakon tempat yang sekarang dijadikan desa Harowu.
Alasan menggatikan nama pada saat itu adalah untu memudahkan administrasi. Sementara
orang - orang pertama sebagai perintis perintis desa tersebut adalah Ongko Jata, Ongko
Lahap, Ongko Silik, dan Ongko Bahui, ke empat orang tersebut berasal dari Batu Gerantung
Sungai Habaon atas desa Sandung Tambun yang berada di simpang kanan sungai Kahayan tepatnya adalah Desa
Habaon.sekarang .
Beberapa kejadian penting yang terjadi di desa Harowu antara lain :
No Tahun Kejadian Pemimpin desa keterangan
1 1942-1945 - masyarakat terserang penyakit Benes dan Kolera
- Warga Pindah ke Hanyo’oi Singa Rahap Warga yang meninggal 10 orang /hari
2 1950 - Banjir Bandang Sombin 50 orang meninggal dunia
3 1951 - Tiwah pertama Sombin
4 1955-1960 - Kelaparan dan hama tanaman Sombin Warga makan ubi
5 1987 - Banjir bandang Bayang Lanja Tidak ada korban jiwa,pemukiman hancur
6 2000 - Kebakaran lumbung padi Bayang Lanja Rawan Pangan
7
Hanya terjadi tiga kali pergantian kepala desa semenjak berdirinya desa Harowu sampai
: saat ini berikut adalah nama-nama Kepala Desa Harowu
Kepala desa pertama : Sombin (1955-1963)
Kepala desa ke dua : Bayang lanja (1963-2005)
Kepala desa ke tiga : Sawang Bayang (2005 – sekarang)
Catatan : Perbedaan Hutan Adat dengan Kolohka Menurut Mantir Adat (Opung Sombin ) dan Ketua BPD Desa Harowu ( Erang Bayang Lanja)
Hutan Adat : jenis Tanaman Buah-buahan yang luasan nya lebih dari 1000 ha
Kalohka : Bekas Kampung yang sudah di tinggal kan karena alas an wabah penyakit,asang kayau/perusuh yang memenggal kepala dan masih bisa di buktikan dengan Sandung,Kuburan ,Pantar, buah-buahan durian,cempedak,rambutan dan lain sebagainya.
Palangkaraya ,3 September 2010
Di ceritakan oleh : Apung Sombin (amai Erna ) & Aler (amai Hambit)
Ditulis ulang oleh : Thomas Wanly
0 Response to "Historys of Desa Harowu"
Posting Komentar