IDENTITAS MASYARAKAT DAYAK

IDENTITAS MASYARAKAT DAYAK
(Masyarakat Adat Di Dunia ;Eksistensi dan perjuangannya)
Sebelum tahun 1990 setidaknya ada 4 sebutan untuk Dayak :yakni Dayak,Dyak,Daya’ dan Daya.
Versi Dayak umumnya di gunakan oleh pengarang dan penerbit dari Inggris sebelum perang dunia ke II.Penulisan Dajak muncul dalam naskah-naskah berbahasa Belanda>Versi Dayak adalah perkembangan lebih lanjut dari versi Dyak. Di Serawak,sejumlah serjana Dayak maupun NonDayak yang study di luar negeri,mengambil study tentang Dayak; Mereka Menulis Kata Dayak dalam publikasi penelitiannya ,Karena itulah versi Dayak semakin di kenal luas di dunia.
Versi Dayak,Dyak,dan Daya telah menimbulkan pro dan kontra dan mencerminkan kekaburan identitas (identity people) masyarakat Dayak. Sikap in terwujud nyata dalam kehidupan sehari-hari .Orang Dayak malu menganggap dirinya orang Dayak ,cendrung ingin menghilangkan identitasnya sebagai Dayak. Mengapa orang Dayak terhina dan malu di sebut Dayak ?ada sejarahnya .
Pada awal abad 19 kelompok dominan di Kalimantan adalah Dayak dan Melayu.Etnis Melayu umumnya bermukim di daerah pantai.Mereka penganut Islam dan lebih dulu mengenal baca tulis.Orang Melayu dalam pandangan orang Dayak kala itu adalah cermin kemajuan dan ke – modern –an.Sebalik nya Orang Dayak yang tinggal di pedalaman ,berperilaku beda dengan Melayu,beragama asli dan belum mengenal baca tulis.
Kemudian dating penjajah Belanda yang membawa budaya norma,barang baru yang berbeda dengan masyarakat dayak.segala hal tentang Belanda adalah symbol kemajuan.Sebaliknya orang Belanda dan Melayu punya tolok ukur yang masing-masing terhadap orang dayak.Orang Belanda dan Melayu mencap sesorang/kelompok yang berperilaku menyimpang dari budaya,norma mereka di sebut Dajakker ,sebutan yang mengandung makna negatip ,setara dengan inlander.Istilah tersebut berkembang menjadi Dajakkera,atau Dajak sama dengan Kera (Kera=Monyet)
Istilah “Dayak” sebagai symbol hal-hal yang buruk berkembang luas.Di masyarakat Jawa ,orang yang urakan,kotor,amburadul (kolot) di sebut Ndayak;kedayak-dayakan.Dulu di Kalbar,terasi atau anjing kurap di sebut Dayak.
Untuk menghilangkan label Dayak, para pemimpin Dayak Se-Kalbar yang merasa dirinya terhina dan malu menyandang label etnisitas Dayak,mengadakan pertemuan besar di Sanggau (1956).Salah satu hasilnya disepakati mengubah penulisan Dayak menjadi DAYA’,selanjutnya terjadi pengikisan apostrop (‘) maka Daya’ menjadi Daya saja.
Agaknya para pemimpin Dayak Kalbar waktu itu berkehendak mencari dentitas baru agar dapat di terima kelompok lain .Tetapi sebaliknya ,menghilangkan etnisitas sebagai salah satu wujud identitas.
Dalam perkembangannya,kelompok generasi baru Dayak menilai gengsi,kehormatan,rasa hina,dan malu tidak akan hilang dengan hanya sekedar mengganti Dayak dengan Daya’ Atau Daya.Harus ada tindakan nyata masyarakat Dayak untuk meningkatkan kualitasnya.karena itu menurut pandangan mereka penulisan yang benar adalah DAYAK.alasan pertama :
Versi Dayak adalah versi yang tertua yang telah memberikan identitas bersama bagi kelompok-kelompok tertentu non muslim di Kalimantan.
Kedua,vers Dayak sudah di akui secara internasional.Pengakuan masyarakat internasional adalah salah satu aspek identitas dan jati diri.Pada masa lalu sebutan Dayak menimbulkan kepahitan ,penghinaan ,karena politik “pecah dan perintah “ dari penjajahan Belanda. Pada masa Penjajahan Belanda Inlander berkonotasi negatip,kin justru pribumi merupakan identitas yang membanggakan.
Tahun 1992 Insitute of Dayakology Research and Development ( kini namanya Institut Dayakology) menggelar seminar Nasional dan Expo budaya Dayak.Salah satu kesepakatan penting pertemuan ini adalah penulisan DAYAK dengan DAYAK.
Kini masyarakat Dayak semakin kehilangan identitas ke-DAYAK-annya akibat proses pembangunan yang meminggirkan mereka.Peminggiran itu mulai dari kata-kata (verbal),tindak tanduk,(behavioral) dan perampasan -paksa(performance) atas hak Tanah. Dan Perlawanan Masyarakat Adat juga seirama dan setara dengan tingkatan proses tersebut.
Menurut penelitian Institus Dayakology (1996) ada 5 (lima ) paktor yang menyebabkan hancurnya kebudayaan Dayak sebagai identitas utama masyarakat Dayak yakni ;
1. Pendidikan pormal
2. Agama asing
3. Dominasi budaya asing
4. Perundang-undangan /peraturan yang memihak penguasa
5. Invansi kapitalis internasional
Kelima factor inilah yang menyebabkan hlangnya identitas masyarakat Dayak.
Pendidikan Formal (terutama) membawa dampak positif dan negative bagi orang Dayak.Namun di Indonesia pendidikan sekolah dilaksanakan dengan penuh indokrinasi (pengkaburan sejarah dari asli seperti kasus G-30 PKI) sehingga mencerabut orang dari budaya nya sendiri dan tidak kritis.Anak-anak Dayak di dokrin untuk melecehkan budaya mereka sendiri (dalam rumah tangga si anak di anjurkan pakai bahasa lain dari komonitasnya sehingga di kemudian hari tidak tau akan bahasa sukunya). Cara-cara orang Dayak bertanam karet,berburu,memanfaatkan hasil hutan,memelihara pohon buah-buahan dianggap tidak produktip,kolot ,primitive,tidak berbudaya,Bacaan-bacaan di sekolah adalah tentang cerita-cerita dari luar Kalimantan.Maka Manusia Dayak Tumbuh menjadi asing di negeri sendiri yang memusuhi budaya mereka sendiri.
Dalam dasa warsa 70 – an orang-orang Dayak di tuding hidup dalam sistim komonis,tidak sehat,melakukan praktek-praktek prostitusi terselubung ,sex bebas,karena tinggal di rumah betang(rumah panjang). Rumah panjang itu kemudian di bongkar dan hidup dirumah tunggal.Hasilnya orang-orang Dayak menjadi sangat individualis. Dengan hancurnya rumah panjang,maka hancur pulalah jantung kebudayaan orang Dayak (Sipat-sipat Luhur atau Pilar-pilar Huma Betang dalam arti nilai-nilai budaya orang Dayak yang Demokrasi/ setara dalam Derajat,abdi hukum ,arip dengan lingkungan Tegas ,jujur dalam bersikap dan berbuat dengan sendirinya hilang justru menimbulkan dua kultur kelas masyarakat yang berbeda yaitu ; klas Buruh,petani,pedagang berpikir bagaimana bisa hidup sejahtera dan aman ; Klas Pegawai yaitu kelompok yang identik dengan kekuasaan dalam arti adanya perbedaan social antara atasan dengan bawahan)
Undan-undang yang berhubungan dengan eksploitasi terhadap sumber daya alam ternyata sengaja di buat oleh pemerintah Orde Baru (mafia Barkeley) untuk melicinkan proses ekploitasi sumber daya alam oleh Negara dan penguasa dengan lahirnya Undang-undang Penanaman modal Asing (UPMA) yang membuat kebijakan birokrasi ke-kapitalis.
Usaha-usaha itu di modali oleh pinjaman luar negeri dan pengusaha asing dan pengusaha nasional. Sistem pengelolaan hutan pemerintah model HPH,HTI,PBS perkebunan besar swasta pertambangan tranmigrasi dan lainnya (sipat-sipat Feodalis dan neoliberal) telah menghancurkan kebudayaan Dayak.tulisan ini di ambil dari katalog penyebaran masyarakat adat di dunia (Kunjungi website ;Http//www.onelytomas.blogspot.com dan www.saveourborneo.org)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Sebuah peradaban yang terlupakan

Sebuah peradaban yang terlupakan
Cikal bakal yang menjadi sejarah
Pendahuluan
Kalimantan (Borneo atau beranio –kau atau kali besar-besar) yang merupakan pulau atau benua baru bagi hidrah Migran suku-suku Hunan dan Han di wilayah Indo china (cina Selatan ) yang mungkin komonitas suku- pengembara atau juga suku-suku yang kalah perang di zaman Dinasti China Kono ,yang melaku kan perjalanan yang sangat jauh (mungkin sebelum jaman Neo politicum ) di mana daratan Nusantara masih belum berpisah satu sama lain oleh mencair nya kutub es di benua Antartika ( Paparan Sahul dan Paparan Sunda) serta penelitian alur Sungai2 besar dari Kalimantan yang masih ada hubungan dengan sungai2 di pulau Jawa yang bermuara di Lautan Indonesia / Hindia (india selatan) yang masih satu delta dengan Sungai Hwang –Hoo (Kuning ) di Republik Rakyat Tjina dan Sungai Gangga Di daerah Guzarat.hindhi dan Punjabi di Negara India (asia Selatan)
Nun jauh di pedalaman Kalimantan Tengah di Das Mentaya (sekarang Kotawaringin Timur) ada anak sungai Yaitu Sei.RINJAU DI SUNGAI saranau , di awal abad 19 komonitas dayak menyeragam kan diri menjadi sebuah komunal land tenure.,yang sudah mempunyai tata cara kehidupan berdemokrasi /Khas masyarakat adat Kalimantan Tengah ( Orang Dayak Kalteng “tidak Mengenal Raja” )
Dimana struktur kehidupan kebersamaan ,kekerabatan dengan adanya Betang –betang / Lamin (rumah panggung yang sangat panjang dan besar ).
Tak terkecuali di daerah Mentaya Sungai Seranau Di sei RINJAU juga terdapat sebuah bekas peradaban yang sekarang di namakan Kaleka TAKUNANG ,sebelum di obrak abrik oleh raksasa-raksasa perkebunan kelapa sawit Skala Besar, daerah tersebut banyak di terdapat situs-situs budaya seperti Tajahan, Pukung Pahewan, Sandung ,Thambak (Kotak berlapis untuk peti tulang belulang yang di taruh didalam Tanah tapi sudah mengalami ritual Tiwah), Rumah keramat (rumah kecil utuk ritual adat pengakuan manusia dengan kekutan alam) serta kebun buah-buahan seperti Durian Cempedak,rambutan ,Tangkuhis (mata Kucing) Duku,langsat ,rumpun bambu Bethung , karet dan rotan (yang Tersisa hanya kepunyaan keluarga UMBUNG bin Tarang )
Sejarah mencatat ,seiring perkembangan zaman di mana status social manusia berubah ,mengikuti perubahan alam dan lingkungan Kaleka Takunang pun tak lepas dari perubahan itu ( mungkin Zaman Asang / Kayau Mengayau), sebagian warga yang menjadi penduduk di betang tersebut perlahan-lahan ada juga yang membuat daerah baru seperti di daerah POndok Damar, Tanah Putih, Sebabi ,Bangkal,Kenyala , TangarSakadua, dan Kawan Batu. (kekerabatan ini di tunjukan oleh persamaan budaya dan bahasa ; dalam hal budaya upacara Tiwah Jenasah di keremasi berbulan2 baru di masukan kedalam sandung ,tidak seperti kebiasan Suku Dayak daerah lain yang menganut agama Kaharingan ada upacara “Mapui Mayat “/lahar ( Ngaben di Bali ) dan pencucian Tulang (setelah di kubur di dalam tanah beberapa tahun ) sebelum di masuki ke dalam Balai Pali (rumah khusus yang di persiapkan sebelum memasuki sandung) dan bahasa yaitu bahasa TOMUAN anak Sub Suku Dayak Ngaju yang mana sebaran nya di sekitar pesisir Sungai Cempaga ( Parit sampai dengan desa Pelantaran )dan sei Tualan (desa Kabuau dan Tehang)
Desa kenyala Era tahun 1900 -an yang merupakan dusun tempat berusaha dan memelihara ternak (karena alur sungai Kenyala banyak di tumbuhi rumput kumpai ) yang juga merupakan bagian komonitas dari Takunang di mana waktu itu ada asang ternak (sekarang mungkin penyakit ternak/Flu) pernah mengungsi ke daerah perbukitan/datah atau natai ……………yang waktu itu pernah mengadakan upacara TIWAH yang memotong kura-kura Ribuan ekor karena semua ternak di serang penyakit. Seperti di cerita kan oleh Buhut Rendai Tokoh masyarakat desa Kenyala di Dusun Lubuk Rengas.. dan untuk bukti sejarah di Dusun Tumbang Binjai masih adanya Thambak dan Sandung yang pada tahun 2005 raksasa Musim Mas ,Pt .Suka Jadi Sawit Mekar Mengobrak abrik kawasan yang semestinya di lindungi malahan di jadikan kebun sawit di mana pihak pemerintah hanya memandang sebelah mata atas persoalan tersebut. Alasan merekatidak ada bukti lapangan ( alasan yang tepat bila di bawa ke ranah hukum positip)
Desa Kawan Batu ,di sungai Batu di dusun Ipuh wilayah administrasi Desa Kawan Batu Kecamatan Mentaya Hulu ini merupakan peninggalan peradaban Takunang yang masih tersisa dengan masih adanya peninggalan sejarah berupa betang yang masih saat ini masih bisa di lihat di dusun Ipuh walau pun bentuk dan rupanya sudah tidak layak lagi di bilang suatu bukti peradaban karena termakan usia dan tidak adanya kesadaran dalam pelestarian cagar budaya oleh pemda setempat ( Kotim)
Di Era tahun 1975 –an di wilayah –wilayah tersebut sudah di usik oleh raksasa kapitalis dangan penjarahan emas hijau nya ,yang terbukti beroperasinya Hak penguasaan Hutan oleh beberapa Perusahaan kayu seperti Pt. Mentaya Kalang, didesa Kenyala, Tangar/saka dua dan tanah putih, Pt. Sarmento Prakanca Timber (Sarpatim KLI –Group) di desa Tangar, Kawan batu . Pt. Kayu Kalaban Timber (Kayu Mas Group) di desa Sebabi, . dan Desa Bangkal Pt. Bina Samakta dan Khirul- bazah (Kayu mas Group ) di desa Pondok Damar dan sekitar . serta era tahun 1990 – An Pt. Daya Bambu dan Pt.mulia Permata Group sebagai kontraktor penjarah pasca pelepasan pengalihan kebijakan Dephut atas pemamfaatan hasil hutan ke Pt.Inhutani III (Perum Negara) yang mulai dari sini lah mempermudah Raksasa-Raksasa Malaysia menancap kan kukunya dalam jangka waktu yang tak terbatas, di mana beroperasinya PBS-PBS Perkebunan Kelapa Sawit Seperti WILMAR –GROUP, MUSIM MAS GROUP, SINAR MAS GROUP, KEPONG BERHAD-(KULIM BHd .lTd) SIIM DARBY-GROUP ,ASRA –GROUP,SALIM-GROUP DI KOTIM & SERUYAN Yang merambah dan mengusur serta merubah ekosistim kehidupan mahluk hidup di sana dengan sekejap mata dengan alasan pembenaran INVESTASI.
(jangan kan situs budaya,cacing dan semut pun tidak mempunyai tempat lagi ) sumber ini di cerita kan oleh MENGGO BIN NUHAN warga desa TANAH PUTIH Kecamatan TELAWANG Kabupaten KOTAWARINGIN TIMUR KALIMANTAN TENGAH tahun 2009.
Palangka Raya 2 Agustus 2009
By. Thomas Wanly

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS